(Cerita ini pernah menjadi Juara Lomba Cerita
Mini dengan Tema: “Styrofoam? No, Thanks !, Apa gayamu?” yang digelar oleh
Komunitas Jakarta Teens Go Green)
Ibuku bekerja sebagai penjual nasi kuning di
Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan. Setiap pagi aku membantu ibu membawa
dagangannya sebelum berangkat ke sekolah. Kebetulan sekolahku dekat dengan
Pantai Losari.
Namun
akhir-akhir ini dagangan ibu kurang laku. Kata ibu sekarang banyak saingan, apa
lagi saingannya menjual nasi kuningnya dengan tempat yang praktis. Namanya
styrofoam.
“Sekarang
banyak saingan Nak. Mereka juga menggunakan wadah baru yang namanya styrofoam,
sedangkan ibu hanya menggunakan daun pisang,” terang Ibu.
Sebagai
anak, aku merasa sedih. Aku ingin membantu ibu. Jadi kusarankan pada Ibu untuk
mengganti daun pisang menjadi styrofoam agar ibu bisa bersaing.
Namun
setelah mencari tahu lewat internet mengenai styrofoam, ternyata banyak dampak
buruknya. Selain harganya mahal dibanding daun pisang, styrofoam juga berbahaya
bagi kesehatan dan lingkungan karena sulit terurai. Akhirnya aku memutar niat
untuk mengannti daun pisang menjadi styrofoam.
Kusarankan pada ibu untuk
tetap menggunakan daun pisang, sebab lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak
berbahaya bagi kesehatan. Dan di tempat ibu berjualan aku tulis besar-besar
kalimat: “Nasi Kuning Bungkus Daun Pisang, Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan”.
Sejak saat itu, dagangan ibu mulai laris lagi. Aku senang bisa membantu
Ibu. Ini Gayaku untuk mendukung Kampanye
“Styrofoam? No, Thanks!”, Apa gayamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar