Pernah
mendengar istilah ‘Go green’ atau melihatnya tercetak di beberapa baliho di sudut jalan ? Atau bahkan melihatnya tercetak di kaos seseorang ? Kebanyakan dari kita mungkin akan mengiyakan
pertanyaan tersebut. Meskipun salah satu di antara kita mungkin melihat tulisan go green pada tempat dan kondisi yang lain.
Istilah go green beberapa tahun terakhir memang mulai marak dicantol dan berhasil bersenyawa dengan beberapa sendi penting dalam kehidupan kita. Sebut saja ilmu pengetahuan yang menjelma menjadi Green Science atau bidang ekonomi yang tak mau kalah dengan konsep terbarunya, Green Economy.
Istilah go green beberapa tahun terakhir memang mulai marak dicantol dan berhasil bersenyawa dengan beberapa sendi penting dalam kehidupan kita. Sebut saja ilmu pengetahuan yang menjelma menjadi Green Science atau bidang ekonomi yang tak mau kalah dengan konsep terbarunya, Green Economy.
Tentu
ketenaran konsep go green belum finish sampai di situ. Ruh go green juga merasuki bidang-bidang
lain. Contoh yang paling santer saat ini adalah Universitas Indonesia yang bervisi menjadi ikon Green Campus di
negara kita. Pun termasuk teknologi berbasis ramah lingkungan saat
ini yang dengan bangga memperkenalkan diri sebagai Green Technology. Bahkan remaja di Indonesia pun ikut menyemarakkan
euforia go green tersebut dengan membentuk
Green Community (komunitas hijau), seolah-olah
go green tersebut memang hak bagi apa
dan siapa saja. Tak perlu izin atau membayar royalti. Asalkan pro terhadap
lingkungan kata go green sudah menjadi barang halal
untuk dicantol.
Sekilas, fenomena go green memang terkesan dipaksakan. Namun
mengingat masalah lingkungan yang saat ini mulai mengancam kehidupan manusia, tidaklah
berlebihan jika penerapan konsep go green
memang harus mengalami akselerasi serta penggalakan secara intensif. Sebab, masalah lingkungan suatu saat bisa berubah menjadi serangan blitzkrieg1 seperti yang dituturkan oleh Paul Martin, seorang peneliti lingkungan sekaligus
paleontolog berkebangsaan Kanada. Memang permasalahan lingkungan
saat ini sudah mulai berubah dari peringatan menjadi ancaman. Dimana pemanasan global adalah salah satu ancaman pamungkasnya.
Permasalahan lingkungan saat ini pun mendera hampir semua negara di dunia, pun
termasuk Indonesia. Meski dikenal sebagai negara yang hijau –dari sisi
ketampakan alam- ternyata Indonesia menyimpan begitu banyak masalah lingkungan.
Mulai dari permasalahan polusi udara, limbah, deforestasi, eutrofikasi, sampah,
hingga permasalahan zat kimia pertanian. Dan semuanya masih sangat
memprihatinkan.
Berdasarkan salah satu satu
hasil studi lingkungan, Indonesia menggondol gelar sebagai negara dengan
tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia. Termasuk World Bank yang
menempatkan Jakarta sebagai salah satu negara dengan kadar polutan udara
tertinggi setelah Beijing, New Delhi, dan Mexico City. Tentu gelar memalukan
ini tak hanya seputar citra negara belaka, namun juga tentang dampaknya yang sangat
merugikan. Mulai dari kerugian finansial -karena penanggulangannya yang menyita
biaya yang sangat besar- hingga berbagai macam penyakit yang mengancam
masyarakat karena dipicu oleh buruknya kualitas udara. Serta berbagai keburukan
lain yang tak kalah merugikan.
Emisi: Asap dari industri pabrik
menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di Indonesia. Berdasarkan
data dari LIPI, pada tahun 2003 total emisi CO2 dari industri pabrik
mencapai 141 ton.
|
Mungkin beberapa di antara
kita akan spontan bertanya. “Apa gunanya konsep go green yang selama ini disorak-sorakkan ? Diamana dia ?” Terlepas dari debutnya yang terbilang baru, kemampuan konsep go green untuk
menjawab permasalahan lingkungan di Indonesia memang mulai dipertanyakan. Namun
secara konsep tentu tidak menjadi pertanyaan, sebab subtansi konsep go green betul-betul dirancang untuk menyelesaikan
permasalahan lingkungan. Namun penerapannya yang mungkin masih menjadi pertanyaan besar.
Meskipun santer tersiar kabar yang mengatakan bahwa konsep go green telah dimanfaatkan oleh kepentingan golongan politik
tertentu. Nyatanya konsep go green
memang tak bisa berbuat banyak. Go green
belum menampakkan hasil yang memuaskan. Mengapa ???? Karena go green belum menjadi aksi. Go green masih sebatas konsep, belum
diterapkan sepenuhnya. Hanya sebuah nama yang harum dan eksklusif di baliho dan kaos oblong saja.
Dan salah
satu penyebab mengapa penerapan konsep tersebut belum maksimal adalah karena sebagian orang saja yang memahami bagaimana penerapannya, semisal praktisi lingkungan atau akademisi lingkungan saja. Sehingga, hanya sedikit
yang peduli terhadap lingkungan. Dan yang terjadi kemudian adalah ketimpangan.
Menyelesaikan permasalahan lingkungan yang begitu kompleks dengan tenaga yang
sedikit tentu menjadi sebuah kemustahilan. Butuh partisipasi dari masyarakat agar penyelesainnya menjadi nyata. Namun yang menjadi kendala, pengetahuan
masyarakat mengenai lingkungan masih sangat terbatas. Mengajari semua
masyarakat dengan menyuluh dari desa ke desa misalnya, tentu memakan waktu yang
ekstra lama. Sedang masalah lingkungan tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Mungkin
banyak dari kita yang akan mengatakan: “Kan
ada di internet ? Masyarakat hanya perlu searching,
lalu menerapkannya. Begitu aja susah ??? Namun kenyatannya saat ini tidak semua
masyarakat memiliki motivasi untuk melakukannya, meskipun internet telah masuk
ke desa. Bahkan di kota besar sekalipun di mana warung internet telah berdiri
di mana-mana, tidak semua masyarakat yang mau menyempatkan waktu mencari info
seputar lingkungan.
“Mengapa demikian, padahal melestarikan
lingkungan kan demi kebaikan kita
bersama ????” Jawabannya adalah karena
konsep go green belum menjadi tren
bagi semua lapisan masyarakat, meskipun mendatangkan kebaikan sekalipun. Apalagi
masyarakat Indonesia saat ini cenderung lebih senang mengikuti sebuah tren,
meskipun secara subtansial tidak begitu menguntungkan, namun jika telah menjadi tren, tetap dilakukan dan diikuti. Tren saat ini menjadi kebutuhan dan panggilan jiwa kebanyakan orang. Lalu ??? Yang harus kita
lakukan agar konsep go green dapat diterima
oleh masyarakat adalah membuatnya menjadi sebuah tren yang booming.
Digitals
Go Green
Kita tentu masih ingat mengenai tren lagu India
yang tiba-tiba meledak di pasaran karena video salah seorang anggota kepolisian
yang beredar di internet. Atau tren boy band
dan girl band Korea yang masih
hangat hingga saat ini. Kita mesti bertanya, apa yang membuatnya menjadi tren ???
Sadar atau tidak, yang membuat lagu India atau boy/girl band Korea
menjadi tren yang begitu booming
adalah karena peran teknologi digital. Mulai dari internet hingga video
membuatnya tersebar begitu cepat sehingga semua masyarakat mendapat kesempatan
yang sama untuk mengonsumsi wacana tersebut. Sehingga tren pun tak bisa
dihindari. Beramai-ramailah masyarakat mendendangkan lagu india dan lagu-lagu
korea, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Sampai-sampai banyak remaja
Indonesia yang membentuk boy band dan
girl band.
Begitulah rentetan reaksi jika sesuatu telah menjadi tren. Apalagi
keberadaan teknologi digital saat ini mampu menjadi
katalisator penyampaian informasi. Sehingga setiap masyarakat mendapat kejelasan
tentang sesuatau secara menyeluruh. Dengan teknologi digital, penyebarluasan
tentang sesuatu akan menjadi lebih mudah.
Melihat peran yang dimainkan oleh teknologi digital
dalam penyebarluasan informasi dan pengetahuan yang begitu deras. Tidaklah
salah jika, kita juga dapat memanfaatkan teknologi digital untuk membuat konsep
go green menjadi tren agar masyarakat
memiliki motivasi lebih untuk memahami penerapan konsep tersebut.
Lalu jika memang teknologi digital dapat digarap untuk
membuat konsep green menjadi sebuah tren. Apakah teknologi digital juga perlu
menyematkan kata go green ??? Tentu
saja. Mengapa tidak ? Kita dapat menggagas strategi baru yang bernama Digitals go green. Yakni sebuah konsep pemanfaatan teknologi digital yang
berbasis informasi dan pengetahuan tentang lingkungan. Agar keterbatasan
pengetahuan masyarakat tentang lingkungan dapat terpenuhi. Sehingga dengan digitals go green, konsep go green akan menjadi sebuah tren. Dan
pada akhirnya, masyarakat akan beramai-ramai menerapkan konsep go green sehingga partisipasi masyarakat akan memperkuat
penerapan konsep go green.
Kampanye: Konsep digital go green bisa menjadi salah satu solusi tepat untuk
mengampanyekan tentang lingkungan.
|
Lalu
bagaimana konsep digitals go green
digarap ??? Bagaimana bentuk nyata dari penerapan konsep tersebut ??? Dan teknologi
digital seperti apa yang akan menjadi ujung tombaknya ???
Green SMS
Salah satu teknologi digital yang dapat digunakan untuk mendukung digitals go green adalah short
message service (SMS). Dengan jumlah pengguna telefon seluler mencapai 240
juta (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia), jumlah SMS yang terkirim
sepanjang tahun 2011 di Indonesia mencapai 260 miliar. Dengan jumlah begitu
banyak, SMS dapat menjadi alat untuk mengampanyekan konsep go green. Yakni SMS yang berisi tentang
informasi atau pengetahuan singkat seputar lingkungan (green SMS). Bayangkan jika sepersepuluh saja dari jumlah total SMS
tersebut yang mengampanyekan tentang lingkungan, berarti ada sekitar 26 miliar
SMS yang terkirim sepanjang tahun atau sekitar 71 juta SMS tentang lingkungan
setiap harinya. Tentu informasi tersebut akan sangat berguna bagi masyarakat yang belum paham sama sekali terhadap informasi tersebut.
Lalu, informasi seperti apa saja yang bisa
dikampanyekan melalui SMS ???
Dengan
berkembangnya akses informasi saat ini, sangat banyak informasi yang dapat dimuat
oleh green SMS. Misalnya informasi
pendek tentang kelebihan bersepeda atau bahaya menggunakan styrofoam.
Contoh
SMS-nya sebagai berikut:
“Dengan bersepeda menuju kampus atau tempat
kerja di pagi hari akan meningkatkan kerja jantung dan menguatkan konsentrasi
belajar. Selain itu, bersepeda juga akan mengurangi emisi karbon karena asap
kendaraan bermotor. Ayo . . . galakkan bike to work.”
Atau,
“Penggunaan styrofoam dalam jangka panjang akan menyebabkan beberapa
gangguan terhadap tubuh karena residu kimiawi berbahaya yang dikandung oleh
styrofoam serta akan mencemari lingkungan karena sulit terurai. Lebih baik
menggunakan pembungkus alami seperti daun pisang. Stop penggunaan stryrofoam
kawan !”
Alami: Dengan
SMS kita dapat mengampanyekan kebaikan menggunakan daun pisang sebagai
pembungkus makanan yang alami dibanding styrofoam yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan.
|
Bayangkan
jika green SMS menjadi tren, tentu
penyebarluasan tentang konsep go green
akan begitu gesit nan pesat. Terlebih jika SMS seperti demikian dibaca oleh siswa SD -saat
ini telah banyak siswa sekolah dasar yang telah memliki handphone- tentu green SMS akan membantu membentuk karakter
yang peduli lingkungan mulai dari anak-anak. Terlebih jika pesan tersebut juga
diberitahukan kepada anggota keluarganya. Berarti satu SMS dapat membuat satu
kepala keluarga menjadi paham tentang informasi tentang lingkungan.
Mungkin pada awalnya hanya ada sejumput orang yang menggalakkan green SMS. Tapi jika rutin digalakkan, bukan tidak mungkin akan memicu banyak orang lainnya sehingga green SMS akan menjadi tren.
Mungkin pada awalnya hanya ada sejumput orang yang menggalakkan green SMS. Tapi jika rutin digalakkan, bukan tidak mungkin akan memicu banyak orang lainnya sehingga green SMS akan menjadi tren.
Green Facebook
Sebagai
salah satu jejaring sosial (social
network) yang megabesar saat ini, facebook juga dapat menjadi salah satu
‘kendaraan’ yang memuat tentang lingkungan (green
facebook). Apalagi jumlah pengguna jejaring sosial gagasan mahasiswa
Harvard University tersebut sangat melimpah. Di Indonesia saja, jumlah
penggunanya mencapai 43,06 juta, dan menempatkan Indonesia sebagai negara
dengan pengguna facebook terbesar ke-3 di dunia (socialbakers.com).
Dengan
demikian, jika setiap hari satu kali saja dari masing-masing pengguna facebook meng-update status tentang lingkungan berarti
akan ada informasi atau pengetahuan tentang lingkungan sebanyak 43 juta. Apa
lagi, status facebook memiliki kelebihan dibanding SMS, yakni dapat menambahkan
foto ataupun video sehingga informasi yang disampaikan akan lebih menarik.
Ditambah lagi kapasitas karakter yang dimiliki facebook lebih besar, sehingga
muatan informasi yang dapat disampaikan pun lebih luas. Salah satu contohnya
adalah sebagai berikut:
“Anda
dapat menhijaukan taman rumah anda meskipun dengan lahan yang sempit. Bahkan
kos-kosan mahasiswa yang hanya memiliki teras sekalipun dapat dihijaukan, yakni
dengan menggunakan metode vertikultur. Yakni sebuah metode penanaman dengan
menggunakan media vertikal. Anda dapat menggunakan drum bekas, bambu, ataupun
pipa bekas. Caranya sangat mudah yakni dengan mengisi wadah tadi dengan tanah
lalu sisi samping wadah dibuat lubang lalu ditanami dengan berbagai macam
tanaman. Misalnya, daun sop, bawang prei, kemangi, bunga, dll. Ini saya
sertakan contoh gambarnya.”
Drum: Salah satu contoh tanaman
vertikultur yang menggunakan drum bekas sebagai wadah.
|
Bambu: Tanaman vertikultur yang
memanfaatkan bambu sebagai wadah.
|
Atau,
“Ingin memiliki tanaman buah namun
terkendala lahan yang sempit ???? Tabulampot (tanaman buah dalam pot) adalah
solusinya. Dengan cara ini, anda dapat menanam tanaman buah tertentu seperti
jeruk, jambu, ataupun anggur menggunakan pot. Kini benih atau bibit tanaman
tabulampot telah banyak dijual dipasaran, bahkan dilengkapi dengan pupuknya.
Dengan cara ini, kita dapat memanen buah di rumah sekaligus mendukung kampanye go
green. Lihat gambarnya !”
Panen: Salah satu tanaman jambu
tabulampot. Dengan cara ini, kita dapat memanen buah di pekarangan.
|
Green
Blog
Salah satu tren dunia digital saat ini adalah blog. Media yang mampu menampung
lebih banyak data berupa tulisan, foto serta video ini telah berkembang pesat
dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2011, jumlah blog di Indonesia
mencapai 4 juta blog. Selain itu, kini telah banyak komunitas blogger yang terbentuk di
Indonesia, sebut saja Komunitas Ngawur dan Blogger Nusantara. Bahkan pengguna blog atau blogger saat ini tidak hanya orang
dewasa, bahkan saat ini seorang siswa sekolah dasar pun ada yang telah memliki blog.
Pesat: Grafik perkembangan jumlah
blog di Indonesia yang sangat pesat. Bahkan setiap 7,5 detik ada sebuah blog
yang berhasil dibuat di Indonesia.
|
Dengan
perkembangan yang begitu pesat serta dengan kemampuan blog untuk menampung
begitu banyak data, tentu blog menjadi ‘ladang’ yang sangat potensial dalam
mengampanyekan tentang lingkungan. Jadi dengan menggagas green blog, muatan informasi menjadi lebih luas serta menjadi lebih
kuat dalam memaparkan tentang lingkungan. Sehingga keterbatasan green SMS ataupun green facebook dapat dibayar tuntas dengan menggunakan blog.
Apa saja
yang bisa dikampanyekan tentang lingkungan dengan blog ???? Sangat banyak tentunya,
termasuk gagasan yang membutuhkan pemaparan yang lebih panjang.
Berikut
contohnya:
1. Greenpreneurship
Greenpreneurship adalah
salah satu contoh bentuk peduli lingkungan yang berbasis bisnis yang ramah
lingkungan. Dengan blog, contoh-contoh bisnis ramah lingkungan dapat
disebarluaskan meskipun dengan pemaparan yang cukup panjang, sebab keterbatasan
space tak berlaku di blog. Salah satu
contonya adalah bisnis cinderamata dari limbah yang tentu membutuhkan banyak
ruang untuk pemaparannya.
Kreatif: Salah satu produk yang memanfaatkan
limbah. Dengan kerativitas, limbah dapat disulap menjadi produk yang menarik
hati.
|
2. Ekowisata
Mengampanyekan wisata yang eco friendly (ramah lingkungan) atau ekowisata memang sangat cocok
menggunakan blog. Hal tersebut karena blog ditunjang dengan kemampuan mem-publish beberapa gambar. Sehingga, mata
para pengunjung blog akan dapat melihat langsung panorama wisata. Apalagi
sebuah foto memiliki daya tarik lebih bagi para wisatawan. Mengingat sangat
banyak tempat-tempat wisata yang eksotik di Indonesia. Jadi dengan
mempromosikan ekowisata dengan green blog,
selain mendukung penerapan konsep go
green, kita juga sekaligus mengenalkan potensi wisata alam yang ada di
Indonesia.
Green
Video/Movie
Sebuah video
memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menyampaikan sebuah pesan atau membuat
sesuatu menjadi tren. Sehingga tak mengherankan jika iklan produk di TV saat
ini bukan berupa tulisan atau gambar, melainkan video singkat. Selain lebih menarik,
penonton juga dapat lebih cepat menangkap pesan yang disampaikan meskipun hanya
berdurasi kurang dari 30 detik. Jadi membuat pesan tentang lingkungan dengan
video, tentu akan memiliki kelebihan tersendiri. Jika Norman Kamaru saja bisa
membuat booming lagu Indianya dengan
video, mengapa kita tidak ???
Belum
lagi jika pesan tentang lingkungan dikampanyekan lewat sebuah film. Selain
berdurasi lebih lama, pesan yang disampaikan pun dalam bentuk cerita. Sehingga
pesan yang disampaikan akan melekat lebih dalam bagi siapa saja yang
menontonnya. Apalagi Indonesia saat ini telah mampu memproduksi film berkelas
seperti The Raid yang menembus dinding
Hollywood. Berarti kemampuan SDM perfilman kita memang tak perlu diragukan
untuk menggarap film dengan genre baru, misalnya green movie.
Itulah beberapa contoh teknologi yang dapat dilakukan untuk menggarap gagasan digitals go green. Dengan pemanfaatan
teknologi digital, kita dapat membantu menanggulangi masalah lingkungan yang
sedang mengancam Indonesia. Meskipun hanya dalam ranah ekoliterasi dengan ide sederhana.
Namun dengan kekuatan teknologi digital seperti SMS, facebook, dan blog, ataupun
video/film, konsep go green akan
menyebar dengan pesat dan membawa titik balik yang sangat besar bagi Indonesia.
Dengan digitals go green, kita dapat mengajak semua
masyarakat bahu-membahu untuk membantu negara kita keluar dari ancaman
permasalahan lingkungan. Ayo, bantu Indonesia kita bersama dengan digitals go green !!!
Foot
note:
1. Dalam bahasa Jerman berarti serangan tak terbendung dan tiba-tiba. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh pasukan militer Schutzstaffel milik Nazi.
Referensi:
Sumber foto:
Wow, baru beberapa hari yg lalu sya mngomentari tulisan kmu tntng konsep green and blue economy (GBE) yg berhasil kamu perkenalkan pada om google, trnyata konsep digitals go green yg kmu gagas jika di search di google ada diurutan prtama. slamat buat kmu krn telah memperkenalkan kata baru pada om google !!!!!
BalasHapusTerima kasih ats infonya. Sy tdk tahu kalau kata kunci digitals go green mnjadi hal yg baru bagi paman google. Makasih sdh mengikuti postingan sy !
Hapuskembali kasih. Oh iya, kamu harusx sring2 lacak google pakai kata kunci postingan km.
HapusIya, Insya Allah saranx ditindaklanjuti. Makasih.
Hapusdigitals go green,, setelah saya membaca tulisan anda konsep ini merupakan salah satu solusi yg ckup baik,, memanfaatkan media teknologi yg yg sedang berkembang saat ini,, yg katanya skrg org-org sdh memiliki sebagian dari teknologi itu contohnya hp.. dan green sms,, merupakan salah satu cara yg ckup efektif tuk mengajak org2 untuk tetap menjaga lingkungan,,
BalasHapuskonsep yg sangat bagus menurut saya,,
Terima kasih atas komentar positifnya !
Hapuslengkap,. padat,. n jelas!!.Nice post bang, postingnya bagus!,. smoga konsep digitals go green dapat/lebih cepat meramban tentunya., sy appreciate banget n salut sama postingan yg ini., lanjutkan!!..
BalasHapusThanks Bro ! Ayo bahu-membahu blogging lebih bijak !
HapusBagus banget, keren konsepnya.. siap bantu deh kalo diperlukan buat actnya
BalasHapusIya kak. Tentu konsep DGG butuh banyak tangan dan ide, trmasuk ide Mba' Andalusia !
Hapusmantap galakkan juga diet kantong plastik
BalasHapusWah, boleh kak. Mungkin diet kantung plastik medianya cocok untuk Green SMS atau mungkin Green FB !
Hapusmantapp sodara, ditunggu buku tulisan hidate terbit... hehehehhh...!!!! ^_~
BalasHapusAmin ya Rabb ! Mudah2an bisa jd penulis buku. Makasih atas doanya bro !
HapusKeren, imam ..
BalasHapusKonsep yang kau paparkan, tampaknya mudah dijalankan mengingat saat ini era digital, InsyaAllah. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi para pebaca.
kalau tulisanmu yang sebelumnya mengenai GBE = Green + Blue, berarti ini pelengkapnya ya ? eh tapi salah, belum lengkap karena belum ada yang hanya bertema si "BLUE". Hmm jadi penasaran :D
Insya Allah, Blue akan menyusul Dwi. Wah, sepertinya ada komentar 'beraroma' menagih. hehehehe. Makasih atas kunjunganx !
HapusBAGUS
BalasHapusMakasih atas kunjunganx Mas Nasif !
HapusSempat sdikit aneh+Penasaran dngarnya, perihal Digitals go green.
BalasHapustapi habis baca, baru ngerti.
Sepertinya bisa dijadikan bahan PKM GT buat pimnas nanti kayaknya..
hehe
Hehehehehe.Iya saudara,semoga gagasan ini bisa ditularkan ke banyak orang. Dan membawanya ke ranah Pimnas pst sangat cocok saudara.
HapusWah, luar biasa. Sepertinya tulisan ni adalh pnyempurnaan tulisan sebelumnya (konsep GBE). Saya kira tulisan ini sudah sngat layak dikumpulkan dlm suatu buku. Dan, sy menunggu tulisan-tulisan "ecofriendly" selanjutnya ! Teruskan bang !
BalasHapusIya, banyak yg bromentar kalau tulisan ttg konsep green and blue economy masih kurang contoh nyatanya, jadi lewat tulisan ini, saya sempurnakan kekurangan ats komentar kawan-kawan komentator konsep GBE. Oia, trima ksih krn sdh mengikuti bbrp tulisan sy !
HapusIa, sy juga merasa tulisan kamu ini menjadi jawaban atas prtanyaan2 sy ketika membaca tulisanmu ttg GBE.
HapusAlhamdulillah kalau tulisan ini menjadi plengkap.
Hapuswah,,salut ma tulisan-tulisannya iman.
BalasHapusIdenya keren untuk implikasi konsep go green
Iya, trima kasih saudari. Semoga implikasinya betul2 nyata.
Hapusidenya lumayan, sederhana tapi bnyak ngimpi. apa iya itu bisa...???? tapi jempol buat semangatnya. go.., green. diana matsuyama
BalasHapushy..kaya saya tau itu foto vertikultur yang ditanami selada...itukan foto yang diambil dekebun 1 @MksrBerkebun... :)
BalasHapusCasino Games Near Me - MapyRO
BalasHapusCasino 세종특별자치 출장마사지 Games Near 충청북도 출장마사지 Me · Golden Nugget Casino 이천 출장마사지 & Resort · Grand Victoria Casino · Tunica 성남 출장샵 River · 광명 출장샵 Harrah's Lake Tahoe Resort & Casino · Harrah's Lake Tahoe Casino